Selamat Datang di http://nasutions.blogspot.com/
Blog ini hanyalah bersifat pribadi dan dibuat juga sekedar iseng sambil belajar, jadi sangatlah wajar jika isinya hanya sebatas ilmu penulis yang sangat sedikit. Semua ini hanya mengisi waktu luang disamping kesibukan bekerja dan dorongan kewajiban untuk berda'wah meski hanya satu ayat, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca dan penulisnya, Amin ya Arhamarrohimin.
"Saran serta kritik membangun sangat kami harapkan dari pengunjung".
Hak Cipta Sepenuhnya milik Allah SWT, Wassalam.
Minggu, Desember 14, 2008
Pasal Pada Menerangkan Tentang Taubat
Diposting oleh Ulumuddin di Minggu, Desember 14, 2008
Label: Tauhid
Rabu, Desember 10, 2008
Resep Hidup Bahagia
Kiriman Shohib : Eddi
E-Mail : edirhn@jkt.newship.co.id
Allah berfirman dalam surat Al Jumu’ah ayat 8:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah: 8)
Banyak orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang hebat. Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat hidup penuh dengan kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berbicara lain, realita di lapangan menunjukkan bahwa secara umum orang-orang barat itu hidup penuh dengan penderitaan. Hal ini dikuatkan dengan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang barat sendiri tentang kasus pembunuhan, bunuh diri dan berbagai tindakan kejahatan yang lainnya, namun ada sekelompok manusia yang memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka sudah menempuh jalan untuk mencapainya. Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka memandang kebahagiaan itu terdapat dalam sikap taat kepada Allah dan mendapat ridho-Nya, menjalankan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Boleh jadi di antara mereka yang tidak memiliki kebutuhan pokoknya setiap harinya, akan tetapi dia adalah seorang yang benar-benar bahagia dan bergembira bagaikan pemilik dunia dan segala isinya.
Allah berfirman,
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju bahagia maka hal ini tidak pernah dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah terpampang jelas di hadapannya. Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya untuk menghadapi beragam kesulitan.
Terdapat berbagai keterangan dari wahyu Alloh sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman bahwasanya dirinya sudah berada di atas jalan yang benar dan tepat Allah berfirman:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَالِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’aam: 153)
Jika di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka maka Allah sudah memberikan jawaban dengan firman-Nya:
فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّمَاشَآءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَادَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ إِلاَّ مَاشَآءَ رَبُّكَ عَطَآءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ
“Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” (QS. Hud: 106-108)
Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
ٌّفَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga dalam firman-Nya,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya, semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.
Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.
Tanda Kebahagiaan
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut adalah bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tidak pernah bisa terlepas dari 3 hal tersebut:
1. Syukur ketika mendapatkan nikmat.
Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Karena hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur dibangun di atas 5 prinsip pokok:
Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.
Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat.
Mengakui adanya nikmat yang diberikan.
Memuji orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.
Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.
Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.
2. Sabar ketika mendapat cobaan.
Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita bisa disebut orang yang benar-benar bersabar.
Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.
Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.
Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar maka cobaan akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.
3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.
Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: “Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka.” Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya sudah berbuat demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Jika ini terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata.”
Al Hasan al-Bashri mengatakan, “Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu.”
Malik bin Dinar mengatakan, “Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah.”
Ada ulama salaf yang mengatakan, “Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini.”
Ulama’ salaf yang lain mengatakan, “Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya.”
Ulama salaf yang lain mengatakan, “Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar.”
Ibrahim bin Adham mengatakan, “Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang.” Ada ulama salaf yang lain mengatakan, “Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan.”
Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: ‘Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.’” Wallahu a’laam.
Diposting oleh Ulumuddin di Rabu, Desember 10, 2008
Label: Kiriman Sohib
Sabtu, November 01, 2008
Seorang Budak Pun Tahu Dimana Alloh
Ketahuilah wahai Saudaraku, pertanyaan “Dimana Alloh?” adalah pertanyaan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada seorang budak perempuan kepunyaan Mu’awiyah bin Hakam As Sulamiy sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya. “Beliau bertanya kepada budak perempuan itu, ‘Dimanakah Alloh?’ Jawab budak perempuan, ‘Di atas langit’ Beliau bertanya lagi, Siapakah aku? Jawab budak perempuan, ‘Engkau adalah Rosululloh’, Beliau bersabda, ‘Merdekakan dia! Karena sesungguhnya dia seorang mu’minah (perempuan yang beriman)’.” (HR. Muslim dan lainnya)
Maka perhatikanlah dengan seksama masyarakat tersebut, yang mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berjihad bersama mereka, aqidah mereka sempurna (merata) hingga pada para penggembala kambing sekalipun, yang mana perjumpaan (pergaulan) mereka dengan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sangat sedikit, seperti penggembala kambing ini. Kemudian bandingkanlah dengan realita kaum muslimin sekarang ini, niscaya akan kita dapatkan perbedaan yang sangat jauh.
Keyakinan di mana Alloh termasuk masalah besar yang berkaitan dengan sifat-sifat-Nya yaitu penetapan sifat Al-’Uluw (sifat ketinggian Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwa Dia di atas seluruh mahluk), ketinggian yang mutlak dari segala sisi dan penetapan Istiwa’ (bersemayam)-Nya di atas Al-’Arsy, berpisah dan tidak menyatu dengan makhluk-Nya sebagaimana yang diyakini oleh kaum Wihdatul Wujud, yang telah dikafirkan oleh para ulama kita yang dahulu dan sekarang. Dan dalil-dalil yang menunjukkan penetapan sifat ini sangatlah banyak, sangat lengkap dan jelas, baik dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, ijma’, akal dan fitrah sehingga para ulama menganggapnya sebagai perkara yang bisa diketahui secara mudah oleh setiap orang dalam agama yang agung ini.
Dalil-Dalil Al Qur’an
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “(Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (Thoha: 5). Dan pada enam tempat dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Kemudian Dia Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy.” (Al-A’raf: 54). ‘Arsy adalah makhluk Alloh yang paling tinggi berada di atas tujuh langit dan sangat besar sekali sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas, “Dan ‘Arsy tidak seorang pun dapat mengukur berapa besarnya.” (Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, sanadnya Shahih). Ayat ini jelas sekali menunjukkan ketinggian dan keberadaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala di atas langit serta menutup jalan untuk meniadakan atau menghilangkan sifat ketinggian-Nya atau mentakwilkannya. Para ulama Ahlus Sunnah pun sepakat bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala ber-istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa mempertanyakan bagaimana cara/kaifiyat istiwa’-Nya. Dan perlu diketahui bahwa penetapan sifat ini sama dengan penetapan seluruh sifat Alloh yang lainnya, yaitu harus berjalan di atas dasar penetapan sifat Alloh sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa ada penyerupaan sedikitpun dengan makhluk-Nya.
Dalil-Dalil As Sunnah
Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah juga sangat banyak, di antaranya adalah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidakkah kalian percaya padaku sedangkan aku adalah kepercayaan Yang berada di atas langit. Datang kepadaku wahyu dari langit di waktu pagi dan petang.” (HR. Bukhori-Muslim). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Rahman, sayangilah siapa saja yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh Yang berada di atas langit.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Imam Al-Albani). Begitu pula dengan hadits pertanyaan Rosululloh kepada budak perempuan yang telah disebutkan di atas. Imam Adz-Dzahabi berkata setelah membawakan hadits budak perempuan di atas, “Demikianlah pendapat kami bahwa setiap orang yang ditanyakan di manakah Alloh, dia segera menjawab dengan fitrahnya, ‘Alloh di atas langit!’ Dan di dalam hadits ini ada dua perkara yang penting; Pertama disyariatkannya pertanyaan, ‘Dimana Alloh?’ Kedua, disyariatkannya jawaban yang ditanya, ‘Di atas langit’. Maka siapa yang mengingkari kedua perkara ini maka sesungguhnya dia mengingkari Al-Musthofa shollallohu ‘alaihi wa sallam“. (Mukhtashor Al-’Uluw)
Akan tetapi realita kaum muslimin sekarang amat sangat memprihatinkan. Pertanyaan ini justeru telah menjadi sesuatu yang ditertawakan dan jarang dipertanyakan oleh sebagian jama’ah-jama’ah dakwah di zaman ini? Ataukah justru pertanyaan ini telah menjadi bahan olok-olokan semata? Ataukah kaum muslimin sekarang ini telah memahami pentingnya berhukum dengan hukum yang diturunkan Alloh, meskipun mereka menyia-nyiakan hak Alloh? Maka kapankah Alloh akan mengizinkan untuk melepaskan, membebaskan dan memerdekakan kita dari orang-orang kafir yang menghinakan dan merendahkan kita sebagaimana telah dibebaskannya seorang wanita dari hinanya perbudakan setelah ia mengenal dimana Alloh?
Konsekuensi Jawaban yang Keliru
Alangkah batilnya orang yang yang mengatakan bahwasanya Alloh berada di setiap tempat atau Alloh berada di mana-mana karena konsekuensinya menetapkan keberadaan Alloh di jalan-jalan, di pasar bahkan di tempat-tempat kotor dan berada di bawah makhluk-Nya. Kita katakan kepada mereka, “Maha Suci Alloh dari apa-apa yang mereka sifatkan.” (Al-Mu’minun: 91). Dan sama halnya juga dengan orang yang mengatakan bahwasanya Alloh ada dalam setiap diri kita (??) karena konsekuensinya Alloh itu banyak, sebanyak bilangan makhluk? Maka aqidah seperti ini lebih kufur daripada aqidahnya kaum Nashrani yang mengakui adanya tiga tuhan (trinitas). Lebih-lebih lagi mereka yang mengatakan bahwa Alloh tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan, tidak di kiri, tidak di depan, tidak di belakang karena hal ini berarti Alloh itu tidak ada (??) maka selama ini siapa Tuhan yang mereka sembah? Adapun orang yang “diam” dengan mengatakan, “Kami tidak tahu Dzat Alloh di atas ‘Arsy atau di bumi” mereka ini adalah orang-orang yang memelihara kebodohan. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mensifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat yang salah satunya adalah bahwa ia istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy-Nya supaya kita mengetahui dan menetapkannya. Oleh karena itu “diam” darinya dengan ucapan “Kami tidak tahu” nyata-nyata telah berpaling dari maksud Alloh. Pantaslah jika Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang yang berfaham demikian, tentunya setelah ditegakkan hujjah atas mereka.
Dalil Fitrah
Sebenarnya tanpa adanya dalil naqli tentang keberadaan Alloh di atas, fitrah kita sudah menunjukkan hal tersebut. Lihatlah jika manusia berdo’a khususnya apabila sedang tertimpa musibah, mereka menengadahkan wajah dan tangan ke langit sementara gerakan mata mereka ke atas mengikuti isyarat hatinya yang juga mengarah ke atas. Maka siapakah yang mengingkari fitrah ini kecuali mereka yang telah rusak fitrahnya? Bahkan seorang artis pun ketika ditanya tentang kapan dia mau menikah maka dia menjawab, “Kita serahkan pada Yang di atas!” Maka mengapa kita tidak menjawab pertanyaan “Dimana Alloh?” dengan fitrah kita? Dengan memperhatikan kenyataan ini, lalu mengapa kita lebih sibuk menyatukan suara kaum muslimin di kotak-kotak pemilihan umum sementara hati-hati mereka tidak disatukan di atas aqidah yang shahih? Bukankah persatuan jasmani tidak akan terwujud bilamana ikatan hati bercerai-berai? Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu mengira mereka itu bersatu, padahal hati-hati mereka berpecah-belah.” (Al-Hasyr: 14). Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan.
Diposting oleh Ulumuddin di Sabtu, November 01, 2008
Label: Kiriman Sohib
Jumat, Oktober 10, 2008
Bagi Yang Masih Memiliki Hati Nurani
Perintah Menundukkan Pandangan
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada lelaki yang beriman agar menundukkan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka. Itulah yang lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa pun yang kalian kerjakan. Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman agar menundukkan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa tampak darinya, hendaknya mereka juga menutupkan kain kerudung mereka di atas dada-dadamereka…” (QS. An-Nuur: 30-31)
Ayat yang mulia ini menunjukkan perintah Allah kepada para lelaki dan perempuan yang beriman agar menundukkan pandangan dari lawan jenis yang bukan mahramnya. Kalaupun melihatnya secara tidak sengaja maka hendaknya segera memalingkan pandangannya. Jarir bin Abdullah Al-Bajali pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan tiba-tiba/tak sengaja, “Maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandangan mataku.” (HR. Muslim)
Menundukkan pandangan merupakan salah satu adab bagi orang yang berada di tepi jalan. Dari Abu Sa’id, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah duduk-duduk di pinggir jalan!” Mereka (para sahabat) mengatakan, “Wahai Rasulullah, kami tidak bisa meninggalkan majelis tempat kami berkumpul yang kami biasa berbincang-bincang di sana.” Maka Nabi mengatakan, “Kalau kalian tidak bisa, maka tunaikanlah hak jalan.” Mereka pun bertanya, “Apakah haknya jalan wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menahan pandangan, tidak mengganggu, memerintahkan yang ma’ruf, dan melarang yang mungkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjaga pandangan akan memelihara hati dari kotoran. Oleh sebab itu Allah menyatakan bahwa menundukkan pandangan itu, “Itulah yang lebih suci bagi mereka.” Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan, “Hal itu akan lebih membersihkan hati mereka dan menjaga kesucian agama mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Keindahan Syari’at Islam
Apabila kita mencermati ayat di atas dengan baik, maka di dalamnya banyak terkandung hikmah yang menunjukkan betapa indah syari’at Islam ini. Diantaranya adalah:
Allah mewajibkan bagi laki-laki dan perempuan yang beriman untuk menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka.
Kaum perempuan wajib menutupi perhiasan mereka dan menutupi tempat-tempat meletakkan perhiasan itu, selain bagian tertentu yang memang sulit untuk disembunyikan karena adanya kepentingan (lihat tiga faidah ini dalam Aisar At-Tafasir)
Yang dimaksud menundukkan pandangan bagi lelaki adalah agar mereka menahan pandangan dari memandangi aurat, perempuan asing/bukan mahram, atau amrad (lelaki muda yang belum tumbuh jenggotnya atau memiliki wajah seperti perempuan) karena dikhawatirkan timbul fitnah/godaan nafsu akibat memandangi mereka.
Barangsiapa yang menjaga pandangan dan kemaluannya dari hal-hal yang diharamkan maka dia akan mendapatkan kesucian dan terbebas dari kotoran-kotoran perbuatan keji yang biasa melekat pada para pecandu maksiat (lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman)
Buruknya Gaya Hidup ala Barat
Setelah kita memahami keindahan syari’at Islam yang menjaga kehormatan laki-laki dan perempuan dengan adanya syari’at menundukkan pandangan dan mengenakan jilbab, maka kita akan bisa dengan tegas menyatakan betapa buruknya gaya hidup ala barat (baca: ala binatang) yang banyak diobral di media cetak maupun elektronik (layar kaca) yaitu dengan menampilkan para perempuan dengan dandanan dan pakaian yang tidak menutup aurat.
Sehingga akan bisa kita simpulkan bahwa gaya hidup semacam itu merupakan:
Pembangkangan terhadap perintah Allah, padahal Allah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan dan memberikan rezeki kepada kita, yang menghidupkan dan mematikan kita. Alangkah besar kedurhakaan para penyeru kebebasan perempuan untuk mengobral aurat di layar-layar kaca kepada Rabb mereka!
Kaum perempuan yang ikut serta menjadi fotomodel atau artis film/sinentron/iklan yang jelas-jelas ikut memamerkan aurat di hadapan khalayak telah jelas-jelas mengabaikan kewajiban mereka untuk menutup aurat. Alangkah jelek perbuatan mereka, mereka rela menjual harga diri dan kehormatan mereka demi mendapatkan sepeser dunia dan kenikmatan yang semu dan pasti sirna!
Orang-orang yang ikut serta menyebarkan gambar-gambar atau film-film semacam ini atau bahkan menjadikannya sebagai profesi dan hobinya pada hakikatnya secara tidak langsung telah menuduh Allah tidak bijaksana dan berlaku aniaya kepada kaum perempuan, atau bahkan mereka menganggap Allah dan Rasul-Nya mengekang kebebasan hak asasi kaum perempuan! Aduhai, siapakah yang lebih tahu: Allah yang menciptakan mereka, ataukah mereka yang tidak mengerti tentang hikmah-Nya?!
Orang-orang yang tergoda dan terseret dalam gaya hidup semacam itu telah menodai kesucian dan kehormatan dirinya. Padahal dengan menjaga kemaluan dan menundukkan pandangan itulah sebenarnya kesucian dan kehormatan mereka akan terjaga. Maka kalau mereka mengatakan, “Yang penting kan hati. Asal hati kita baik, niat kita baik, dalam rangka mensyukuri kenikmatan yang Allah berikan kepada perempuan kan tidak mengapa?” Jawabnya adalah di dalam ayat ini Allah menegaskan kebersihan hati itu akan didapatkan dengan menjaga pandangan dan kemaluan, maka kita tanyakan kepada mereka, “Bagaimanakah caranya kita bisa menjaga pandangan dan kemaluan jika kaum perempuan justru dengan sukarela mengobral aurat di media-media massa?!” Aduhai, siapakah di antara kita yang telah kehilangan hati nuraninya? Bagaimana mungkin akan kita bela pornografi dan pornoaksi dengan alasan hak asasi dan kebebasan berkreasi dan karya seni?! Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan…
Saudara-saudaraku, bulan puasa telah mengajari kita untuk meninggalkan hal-hal yang pada asalnya boleh dinikmati di hari-hari biasa. Makan, minum, dan berhubungan suami-isteri bagi yang berhak melakukannya. Sekarang tatkala bulan Ramadhan akan habis, akankah kita melupakan hikmah yang agung ini dari jantungkehidupan kita; bahwa kita meninggalkan itu semua karena Allah ta’ala memerintahkan kita, walaupun kita menyukainya. Maka bagaimana lagi jika sesuatu yang kita sukai adalah hal-hal yang haram dan mendatangkan murka Rabb pencipta dan penguasa jagad raya? Akankah kita terus melestarikannya dengan alasan demi membela hak asasi manusia menghormati kreatifitas seni dan seabrek alasan-alasan kosong lainnya?!
Wahai manusia-manusia yang masih memiliki hati nurani; tidakkah kalian ingat bahwa kalian dulu bukan apa-apa. Kalian dulu belum terlahir di alam dunia ini. Namun lihatlah; tatkala kalian telah menikmati berbagai rezeki dari-Nya dan kalian pun menjadi dewasa, bertubuh kuat, berharta dan berkedudukan maka dengan ringannya kalian durhakai Rabb kalian; yang setiap hari mencurahkan nikmat-Nya yang tak terhitung kepada kalian? Akankah kalian akan bertahan di atas kebodohan semacam ini… Bertaubatlah kepada Rabb kalian, sebelum datangnya hari ditampakkannya kesalahan-kesalahan, hari yang dahsyat dan mengguncangakan alam semesta… hari di mana penyesalan dan seluruh kekayaan dunia tidak lagi berharga di sisi-Nya. Marilah memohon ampunan dan taufik dari-Nya agar hati kita kembali bersih dan bisa menghadap-Nya nanti dalam suasana suka cita. Laa haula wa laa quwwata illa billaah!
Diposting oleh Ulumuddin di Jumat, Oktober 10, 2008
Label: Kiriman Sohib
Selasa, Juni 24, 2008
Assalamu 'Alaikum WW.
Diposting oleh Ulumuddin di Selasa, Juni 24, 2008
Label: Maklumat
Kamis, Mei 22, 2008
5 Calon Yg akan Masuk Syurga
Diposting oleh Ulumuddin di Kamis, Mei 22, 2008
Label: Tasauf
Senin, Mei 12, 2008
Fiqh-5 Surah Al-Fatihah
- Bismillahirrohmanirrohim
- Alhamdulillahi Robbil 'Alamin
- Arrohmanirrohim
- Maliki Yaumiddin
- Iyyakana'budu wa iyyaka nasta'in
- Ihdinashshirothol Mustaqim
- Shirothol ladzina an'amta alaihim, ghoiril maghdubi 'alaihim waladhdholliin.
Artinya :
- Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
- Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian Alam
- Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
- Yang Memiliki Hari Pembalasan
- KepadaMulah kami beribadah dan kepadaMu pula kami minta tolong
- Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus
- Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat atas mereka, dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Setelah itu disunnahkan membaca : Amin
Wallohu 'a'lam
Diposting oleh Ulumuddin di Senin, Mei 12, 2008
Label: Fiqh
Jumat, Mei 02, 2008
Tauhid, Iman dan Aqidah
Diposting oleh Ulumuddin di Jumat, Mei 02, 2008
Label: Tauhid
Rabu, April 30, 2008
Beriman Kepada Hari Akhir (Pencarian Pembela)
Diposting oleh Ulumuddin di Rabu, April 30, 2008
Label: Tauhid
Selasa, April 22, 2008
Fiqh-6 Pasal Pada Menerangkan Tentang Tayammum
- Tidak mendapatkan air setelah lebih dulu mencarinya, misalnya digurun pasir ataupun dimana tempat yang tidak ada airnya. Khusus kita yang ada di Indonesia ini, penulis kira Tayammum ini jarang dipakai ataupun tidak sama sekali, sebab Negeri yang kita cintai ini disetiap sudutnya pasti ada air asal kita mau berusaha terlebih dahulu untuk mendapatkannya.
- Karena penyakit, misalkan kita mempunyai penyakit yang tidak bisa kena air seumpama penyakit kulit dan lain sebagainya, maka bolehlah kita bertayammum untuk mengganti wudhu ataupun mandi.
- Telah masuk waktu sholat, maksudnya adalah seumpama kita mau melaksanakan sholat Zhuhur dan waktu Zhuhur sendiri sudah masuk sementara kita belum mendapatkan air, maka bertayammumlah, dan tidak syah tayammum jika waktu sholat belum masuk.
- Dengan debu yang suci lagi mensucikan, maksudnya adalah tanah / debu yang dipakai haruslah dari tanah atau debu yang benar-benar bersih dan tidak ada najisnya.
Rukun Tayammum, ada 4 (empat) yaitu :
- Berniat untuk melaksanakan tayammum, yaitu : "Nawaituttayammuma li-istibahatis Sholah fardhon lillahi ta'ala", 'sengaja aku bertayammum untuk memperbolehkan sholat karena Allah SWT'.
Diposting oleh Ulumuddin di Selasa, April 22, 2008
Label: - Fiqh
Jumat, April 18, 2008
Sifat Allah Yang ke 6 (enam)
Dalil Akalnya :
Diposting oleh Ulumuddin di Jumat, April 18, 2008
Label: Tauhid
Selasa, April 15, 2008
Fiqh-1 Rukun Islam
1. Membaca Syahadat, yaitu
Lafashnya : Asyhadu Allailaha Illalloh, Wa Asy-hadu Anna Muhammadarrosululloh.Artinya : Aku Bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah rasul Allah. Diucapkan dengan lisan, diyakini dengan hati dan dikerjakan dengan amalan (anggota) badan.
2. Mendirikan Sholat
Setelah kita mengucapkan Syahadat, maka resmiah kita menjadi seorang Islam, dan selanjutnya masuklah kita keada kewajiban yang kedua, yaitu mendirikan Sholat. Mendirikan sholat maksudnya adalah mengerjakan sholat yang lima waktu sehari semalam.
3. Mengeluarkan Zakat
Yang disebut dengan mengeluarkan zakat adalah, memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada orang yang telah ditetapkan (misalnya fakir-miskin, amil dan seterusnya) jika telah sampai ukurannya. Disamping itu ada juga yang disebut dengan Zakat Fitrah, yaitu zakat wajib yang diberikan kepada ahlinya pada saat bulan Ramadhan setiap tahunnya.
4. Puasa Pada Bulan Ramadhan
Yang disebut dengan Puasa pada bulan Ramadhan adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa (seumpama, makan dan minum) mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam selama sebulan penuh yakninya bulan Ramadhan setiap tahun.
5. Menunaikan Haji
Yang disebut dengan menunaikan haji adalah, pergi ke Baitullah (Makkah) untuk melaksanakan ibadah haji (sesuai syarat dan rukunnya). Dan khusus bagi haji ini ada persyaratan sebuah persyaratan yaitu diwajibkan hanya bagi orang yang sanggup (punya biaya dan berbadan sehat) saja, sedangkan diluar daripada itu maka tidaklah diwajibkan.
Diposting oleh Ulumuddin di Selasa, April 15, 2008
Label: Fiqh
Sabtu, April 12, 2008
Sifat Yang Wajib Bagi Rasul
Diposting oleh Ulumuddin di Sabtu, April 12, 2008
Label: Tauhid
Kamis, April 10, 2008
Kemunduran Secara Perlahan
- Saya punya rekan kerja dan suatu hari saya mendengar dia menanyakan sesuatu kepada rekan kerja yang lain (wanita), katanya "Hai.... saya dengar kamu punya kawan yang bernama Ali ya?, punya kawan koq namanya Ali, cari kawan yang namanya keren dikitlah, misalnya Jhony, Michael, Bernand (kawan saya tersebut menyebut nama-nama orang barat). Dari perihal tersebut diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa kawan saya tersebut (mungkin juga diantara kita) sudah banyak sekali yang malu memakai nama-nama Islam. Mungkin kawan saya tersebut tidak mengenal siapakah Ali itu. Apa peran Ali Bin Abi Tholib itu dalam Islam, dan sebagainya. Namun yang jelas belakangan sudah banyak kita lihat kalau orang-orang Islam sendiri sudah tidak cinta lagi dengan nama-nama Islam, sehingga dari segi nama, kita sudah susah membedakan mana orang Islam dan mana yang Non Islam. Meski sebenarnya nama itu bukanlah ukuran, tetapi kita sudah bisa lihat jika Islam sendiri sudah mulai malu dengan nama-nama Islam.
- Seorang kawan saya yang lain, ketika orang-orang barat dengan gencar-gencarnya menghujat Islam dari segala segi termasuk dalam membuat film yang isinya mendiskreditkan Islam. Kawan saya tersebut berusaha untuk mencari film itu lewat Internet dan sepertinya kawan saya itu bangga bercerita kepada saya akan film yang dia tonton. Ketika di TV ada sebuah acara dari agama lain dan saya sampaikan kepada kawan saya itu supaya jangan ditonton, tetap saja kawan tadi ngotot untuk menontonnya dengan alasan biar tidak membuat penasaran, Ironis memang. Namun itulah Agama Islam di akhir Zaman, agama yang hanya tinggal kulitnya saja.
- Ketika teman dekat istri saya (disuatu tempat) mengadakan pesta, pada malam harinya saya berusaha untuk datang sekedar membantu mempersiapkan tenda, kursi dan sebagainya. Namun apa yang saya temukan? Dihalaman rumah sudah disediakan minuman keras untuk orang-orang yang jaga dan bekerja dirumah itu. Saya tanyakan kepada tetangga akan hal ini dan ternyata tetangga saya juga menjawab jika itu adalah minuman yang resmi jika ada pesta, Masya Allah.
- Menghadiri pesta adalah sesuatu yang biasa dan diwajibkan bagi kita jika memang mendapat undangan. Yang menjadi tidak biasa dan sampai sekarang mengganjal fikiran saya adalah ketika suatu saat saya dan kawan akrab akan menuju ke pesta pernikahan seorang teman. Sebagaimana umumnya kita lihat belakangan ini, jika mau ke pesta orang selalu berpakaian batik. Saya mengajak kawan saya untuk berbaju koko dan pakai peci putih, tahu apa jawaban kawan saya tersebut? "Wah itu tidak pada tempatnya", dan kami sempat berdebat kecil sebelum berangkat dan akhirnya saya saja yang pakai peci dan teman saya ini berpakaian sebagaimana orang ke pesta pada umumnya sekarang ini.
Di Zaman Rasulullah SAW pengikut Islam disiksa jika ketahuan oleh Quraisy Makkah dan bahkan di Indonesia ini sendiri ketika bangsa kita di jajah oleh bangsa Barat tidaklah bebas dalam melaksanakan ibadah. Sekarang ini, Alhamdulillah kita bebas melakukan aktifitas Ibadah apa saja yang kita inginkan asal masih dijalan yang benar, dan anehnya justru ketika bebas ini kita malah tidak mencintai agama kita sendiri, Nauzubillah, tsumma Nauzubillah.
Sebenarnya masih banyak lagi kejadian-kejadian yang semisal dengan itu yang penulis temui, namun rasanya terlalu panjang untuk diungkapkan semuanya disini,
Tulisan tersebut diatas bukanlah tulisan yang berputus asa, namun moga-moga apa yang saya temui ini tidak terjadi pada kita dan kita sama-sama tanamkan niat dari sekarang untuk selalu mencintai agama Islam ini.
Diposting oleh Ulumuddin di Kamis, April 10, 2008
Label: - Renungan Jum'ah
Kamis, April 03, 2008
Selasa, April 01, 2008
Berjihad dengan Amwal (Harta)
"Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan dirimu dari azab yang teramat pedih? (yaitu) Kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (QS As-Shoff ayat 10-12).
Diposting oleh Ulumuddin di Selasa, April 01, 2008
Label: - Jihad dengan Harta
Jumat, Maret 28, 2008
Doa Yang di Ijabah (Haulah Binti Tsa'labah)
Diposting oleh Ulumuddin di Jumat, Maret 28, 2008
Label: - Renungan Jum'ah
Kamis, Maret 27, 2008
Maulidil Rosul (Lanjutan)
Diposting oleh Ulumuddin di Kamis, Maret 27, 2008
Label: Tarekh
Selasa, Maret 25, 2008
Maulidil Rosul
1. Ketika Futhul Makkah (penaklukan kota Makkah), tatkala semua penduduk Makkah yang sudah ketakutan akan di tindak oleh Rasulullah SAW, namun yang mulia ini berdiri diatas mimbar dan berpidato, seperti ini :
- Siapa-siapa yang tinggal dirumahnya Aman
- Siapa-siapa yang masuk ke Masjidil Harom, Aman
- Siapa-siapa yang masuk ke Rumah Abu Sofyan, aman
Dan nyatalah, tidak ada pertumpahan darah dan sampai-sampai Hindun binti Utbah yang sangat benci dengan Rasulullah SAW dan pernah makan jantung Hamzah mentah-mentah dalam perang Uhud, tidak bisa menahan haru dan melihat cahaya dan kebenaran Islam hingga beliau memilih untuk memeluk agama Islam. Ketika kawan-kawannya melihat Hindun masuk Islam, segera mereka datang kepadanya dan bertanya kenapa dia masuk Islam, maka Hindun menjawab : Sesekali saya tidak pernah masuk Islam, tetapi Agama Islam itulah yang masuk kedalam diri saya.
2. Ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dibawah pohon korma dalam sebuah peperangan untuk beristirahat, datanglah Da’tsur dari belakang dan meletakkan Pedangnya tepat dileher nabi SAW, dan berkata : “Sekarang siapa yang akan menolongmu ya Muhammad?”, spontan Rasul yang mulia ini menjawab “Allah”. Mendengar nama Allah ini, badan Da’tsur gemetar dan pedangnya jatuh ke tanah, kemudian pedangnya diambil oleh Rasulullah dan berganti meletakkannya dileher Da’tsur dan bertanya : “Sekarang siapa yang akan menolongmu?. Tidaklah ada yang bisa menolong saya ya Muhammad, kecuali jika engkau berbaik hati kepada saya jawab Da’tsur dan kemudian Rasulullah kembali memberikan pedangnya dan menyuruh Da’tsur untuk pergi. Namun hati Da’tsur sudah terpikat dengan Islam dan kemudian mengajak seluruh keluarganya untuk memeluk Islam.
3. Ketika beliau terlepas dari kepungan musuh waktu beliau mau berhijrah ke Madinah dan dengan ditemani oleh Abu Bakar As-siddiq dan sempat juga mereka bermalam digua Tsur. Didalam perjalanan menuju Madinah beliau berdua ini dikejar oleh Suroqoh dari belakang karena dijanjikan oleh Abu Lahab dan Abu Sofyan 100 ekor unta jika berhasil membunuh Nabi Muhammad. Dan ketika sudah bertemu, suroqoh mengayunkan pedangnya kearah leher Rasulullah SAW, dan dengan pertolongan Allah kudanya terbenam kedalam tanah dan minta tolong kepada Rosulullah, dan beliau menolongnya. Kejadian ini berulang sampai tiga kali dan yang terakhir bumi kembali menelan Suroqoh dan kudanya hingga lehernya, dan tetap juga dibantu oleh Rasulullah. Akhirnya didepan Rasulullah SAW beliau ini masuk Islam dan kembali ke Makkah dan sesampainya di Makkah ditanya oleh pemuka Qurois akan hal Muhammad. Dan Suroqoh berkata “Siapa-siapa yang ingin membunuh Muhammad, harus berhadapan dengan saya terlebih dahulu”, hadirin terdiam dan heran.
4. Tatkala Islam sudah tidak diterima orang lagi di Makkah, beliau bersama seorang Sahabat menuju Tho’if untuk berda’wah maka yang diperolehnya bukanlah pengikut dan pembela, tetapi cacian serta makian dari penduduk Tho’if sehingga Rasulullah SAW dilempari dengan batu. Dalam keadaan berdarah-darah, beliau masuk ke kebun Kurma yang ditunggui oleh seorang Nashroni untuk meminta minum. Dan saat mau minum inilah beliau mengucapkan “Bismillah”, dan ditanya oleh Nashroni tadi kalimat apa yang diucapkan dan beliau menerangkan dan ketika itu juga Nashroni ini masuk Islam. Tidak lama setelah itu Jibril dating dan berkata “Ya Muhammad, engkau ini adalah dijalan yang benar, dan tidak meminta upah sedikitpun dari mereka, tetapi yang kamu terima adalah hinaan dan siksaan seperti ini, Ijinkanlah saya angkat dan saya jungkir balikkah kampong Tho’if itu atau gunung saya timpakan kepada mereka. Rasulullah SAW berkata : Jangan ya Jibril, saya memang tidak mengharapkan dari mereka lagi tetapi anak dan keturunannya tetap saya harapkan kelak dan beliau kemudian berdo’a yang terkenal “Allohummahdi Qoumi, Faiinahum La Ya’lamun” Beri hidayahlah ya Allah akan kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. Kemudian jibril berkata : “Pantaslah engkau ya Muhammad terlebih mulia daripada seisi alam ini”.
Bermula daripada kejadian Muhammad itu adalah dari Nur disebuah tanah / tempat di Madinah yang diperintahkan Allah SWT untuk diambil malaikat Jibril dan Allah SWT berfirman bahwa disinilah Nur Muhammah diambil dan disitu jugalah nanti wafatnya. Dari sinilah kemudian diangkat oleh Malaikat Jibril ke syurga dan seketika bertambahlah Cahaya / Nur Muhammad itu melebihi terangnya Syurga, kemudian dibawa kembali ke bumi dan melintasi lautan untuk kemudian diangkat kembali kehadirat Allah SWT dan meneteslah keringat Nur itu untuk selanjutnya setiap tetes Nur itu nanti akan diberikan kepada Nabi / Rasul yang lain. Dan 2000 tahun sesudahnya barulah Allah SWT menciptakan Nabi Adam dari tanah hitam yang ditiupkan Ruh serta Nur Muhammad itu oleh Jibril AS (hingga Jibril ini disebut sebagai Malaikat Ruh). Dan sampai saat ini tetap menjadi misteri ditanah mana diambil dan ditanah mana nabi Adam dikuburkan.
Dan berfirman Allah SWT kepada Nabi Adam AS untuk memelihara Nur Muhammad itu dan jangan sampai masuk kepada yang bukan tempatnya, dan untuk selanjutnya turunlah Nur Muhammad itu kepada Nabi-nabi dan rasul sesudah Nabi Adam AS, Idris, Nuh, dan seterusnya hingga kepada Nabi Ibrahim AS.
Wallohu A’lam, bersambung…….
Diposting oleh Ulumuddin di Selasa, Maret 25, 2008
Label: Tarekh
Senin, Maret 17, 2008
Adil Tidak Mesti Dibagi Dua
Diposting oleh Ulumuddin di Senin, Maret 17, 2008
Label: - Kisah dan Hikmah
Minggu, Maret 16, 2008
Sumber Hukum
Sumber hukum Dalam Islam ada 3 (tiga) yaitu :
- Hukum Akal / Adat sering disebut juga dengan Dalil Aqal Yaitu Timbul dari kebiasaan dalam kehidupan yang kita lalui (misalnya api untuk membakar, air untuk membasahi dan sebagainya).
- Hukum Syara'. Adalah hukum yang datang atau yang ditetapkan oleh Allah SWT dan dibebankan kepada ummat manusia yang telah mukallaf.
- Hukum Adat. Hukum atau peraturan yang dibuat oleh manusia
Ilmu Tauhid bersumber dari akal dan fikiran manusia, dan didalam Ilmu Tauhid, Hukum Akal ini terbagi pula kepada tiga (tiga) bagian :
- Wajib. Yang disebut dengan wajib dalam Ilmu Tauhid adalah Sesuatu yang diterima oleh akal.
- Mustakhil. Jika akal tidak menerima, misalnya jika bertemu dua sifat yang berlawanan dalam satu benda.
- Harus. Adalah jika akal menerima akan ada ataupun tiadanya.
Contoh : Jika kita sedang berkumpul dan ada seorang tamu (Tamu-1) datang dan berkata : "Tadi saya lewat pasar dan disana banyak sekali saya jumpai yang belanja", maka keterangan yang diberikan oleh tamu tadi disebut dengan Wajib (sebab namanya dipasar pastilah orang ramai). Kemudian datang lagi seorang tamu (Tamu-2) dan berkata "Tadi saya lewat pasar, saya lihat sepi". maka keterangan yang dibawanya disebut Mustakhil (sebab yang namanya pasar pasti ramai bukan sepi, kecuali ada sebab tertentu). Selanjutnya ada seorang lagi (Tamu-3) dan berkata "Saya lihat tadi dipasar banyak orang yang jualan ikan". Namun datanglagi tamu yang ke 4 dan berkata "Yang jualan ikan dipasar hanya beberapa orang saja". Keterangan dari Tamu yang ke-3 dan ke-4 tadi disebut Harus (Mungkin) sebab kedua-duanya diterima oleh akal akan hal yang mereka sampaikan.
Diposting oleh Ulumuddin di Minggu, Maret 16, 2008
Label: Tauhid
Kamis, Maret 13, 2008
Rindu Kepada Kubur
Diposting oleh Ulumuddin di Kamis, Maret 13, 2008
Label: - Renungan Jum'ah
Sabtu, Maret 01, 2008
Timbulnya Golongan Ahlusunnah
- Al-Mujaz
- Al-Ibanah fi Ushuluddiyanah
- Maqolatul Islamiyin
Disamping beliau, maka muridnya Imam Mansyur Al-Maturidi juga mempunyai andil besar dalam menyebarkan faham Ahlusunnah Wal Jamaah, dan pada abad-abad berikutnya muncul pula ulama-ulama yang menyebar luaskan faham ini, diantaranya :
- Imam Abu Bakar Al-Qaffal
- Imam Abu Ishak
- Imam Al-Baqilani
- Imam Al-Hafiz Al-Baihaqi
- Imam Al-Haramain
- Imam Al-Qhosim
- Imam Al-Ghozali
- Imam Fahruddin
- Imam Izzuddin bin Abdus Salam dan seterusnya.
Dasar untuk menentukan Hukum Dalam Bidang Tauhid (Ushuluddin) sesuai yang diajarkan oleh Imam Al-Asy'ari adalah 4, yaitu :
- Al-Qur'an
- Hadis
- Ijma'
- Qiyas
Selanjutnya dalam blog ini apa yang kami sampaikan adalah sesuai dengan apa-apa yang kami dapat di pengajian dan ketika duduk di bangku madrsyah dahulu yaitu Tauhid dengan berpatokan kepada Ahlusunnah Wal Jamaah. (Wallohu A'lam, bersambung)
Diposting oleh Ulumuddin di Sabtu, Maret 01, 2008
Label: Tauhid
Kamis, Februari 28, 2008
Ahlusunnah Wal Jamaah
- Ahlusunnah Wal Jamaah
- Mu'tazilah
- Qodariah
- Jahamiah
- Syi'ah
- Khawarij
- Dan lain-lainnya hingga kepada Islam Moderen belakangan ini.
Didalam Hal Fiqh, muncullah Imam yang 4 (empat) yang jadi panutan hingga sekarang ini, yaitu :
- Maliki (Imam Malik)
- Hanafi (Abu Hanifah)
- Syafi'i (Imam Syafi'i)
- Hambali (Ahmad Bin Hambal)
Dari zaman Rasulullah, semua peraturan-peraturan Islam, baik Tauhid, Fiqh dan Ihsan belumlah tertulis seperti buku yang kita temukan sekarang ini, tetapi masih terpisah-pisah dalam bentuk catatan-catatan yang dibuat pada masa itu dengan menggunakan kulit Unta, ataupun pelepah kurma. Dan sebagaimana kita ketahui, Al-Qur'an resmi dibukukan adalah ketika zaman Khalifah Usman Bin Affan yang populer kita sebut dengan Mushab Usmani. Perkembangan zaman semakin maju dan perlahan-lahan peraturan-peraturan Islam mulai dibukukan oleh Sahabat, Tabi'it Tabi'in, Tabi'in hingga ke masa kita sekarang ini.
Selanjutnya, Dalam Blog ini Tauhid yang dikemukakan oleh Penulis adalah Tauhid dengan aliran Ahlusunnah Wal Jamaah, dan dalam hal Fiqh (Ibadah) adalah Mashab Syafi'i, sedang untuk masalah Ihsan, penulis tidak berpatokan kepada satu aliran, namun semua yang berbentuk perbaikan diri untuk menuju ketaqwaan kepada Allah SWT, dan setiap Ilmu yang penulis hafal dan pengajian yang diikuti, Insya Allah akan kami uraikan disini. Jika kita berbeda aliran dan pendapat dalam masalah-masalah Agama adalah hal yang wajar dan manusiawi serta menjadi Rakhmat selama tidak saling caci mencaci, sebab jika kita terpecah, bukankah Pihak Ketiga akan bertepuk tangan?. Untuk itu marilah kita sama-sama menimba Ilmu agama, untuk bekal kita nanti di Yaumil Akhir, moga-moga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita semua untuk selalu berdiri dalam Aqidah Islam ini, dan selalu menyampaikan dakwah dan berjuang selama hayat masih di kandung badan. Amin, Insya Allah.
Diposting oleh Ulumuddin di Kamis, Februari 28, 2008
Label: Tauhid
Lagu-lagu Qasidah El Surayya
|
|
|
|