Ulumuddin: Ahlusunnah Wal Jamaah

Humor dan Kisah

Seorang petani sedang duduk dibawah sebatang pohon beringin yang rimbun sambil beristirahat, dia memandangi pohon labu dan dilihatnya buah labu yang besar-besar sedangkan batangnya kecil. Kemudian petani itu memandang ke pohon beringin tempat dia berteduh dan melihat batang beringin yang besar sementara buahnya kecil-kecil. Timbul dalam fikirannya "Kalau demikian adanya, berarti Tuhan bukanlah arsitek yang ulung, seharusnya pohon beringin dengan batang yang besar buahnya juga harus besar-besar dan pohon labu yang batangnya kecil seharusnya buahnya kecil-kecil juga". Sedang asyik berfikir, sebuah biji pohon beringin jatuh dan tepat mengenai hidungnya, kemudian petani itu melompat sembari berkata "Astagfirullohal Adzim, Allohu Akbar, Memang Engkaulah Ya Allah Pencipta yang sebenar-benarnya".

Kamis, Februari 28, 2008

Ahlusunnah Wal Jamaah

Semasa Rosulullah masih hidup, tidaklah ada perbedaan-perbedaan dalam Agama Islam sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, hal ini disebabkan jika sahabat menemui sesuatu persoalan, maka sumbernya masih ada yakni langsung kepada Rasulullah. Namun setelah beliau dan sahabat-sahabat wafat, maka muncullah aliran-aliran dalam Islam, baik dalam masalah Keimanan, ataupun dalam Fiqh (Syariat / Ibadah). Maka didalam hal Keimanan (Aqidah / Tauhid) muncullah beberapa Firqah (Aliran, Faham), diantaranya :

Ahlusunnah Wal Jamaah
Mu'tazilah
Qodariah
Jahamiah
Syi'ah
Khawarij
Dan lain-lainnya hingga kepada Islam Moderen belakangan ini.

Didalam Hal Fiqh, muncullah Imam yang 4 (empat) yang jadi panutan hingga sekarang ini, yaitu :

Maliki (Imam Malik)
Hanafi (Abu Hanifah)
Syafi'i (Imam Syafi'i)
Hambali (Ahmad Bin Hambal)

Dari zaman Rasulullah, semua peraturan-peraturan Islam, baik Tauhid, Fiqh dan Ihsan belumlah tertulis seperti buku yang kita temukan sekarang ini, tetapi masih terpisah-pisah dalam bentuk catatan-catatan yang dibuat pada masa itu dengan menggunakan kulit Unta, ataupun pelepah kurma. Dan sebagaimana kita ketahui, Al-Qur'an resmi dibukukan adalah ketika zaman Khalifah Usman Bin Affan yang populer kita sebut dengan Mushab Usmani. Perkembangan zaman semakin maju dan perlahan-lahan peraturan-peraturan Islam mulai dibukukan oleh Sahabat, Tabi'it Tabi'in, Tabi'in hingga ke masa kita sekarang ini.

Selanjutnya, Dalam Blog ini Tauhid yang dikemukakan oleh Penulis adalah Tauhid dengan aliran Ahlusunnah Wal Jamaah, dan dalam hal Fiqh (Ibadah) adalah Mashab Syafi'i, sedang untuk masalah Ihsan, penulis tidak berpatokan kepada satu aliran, namun semua yang berbentuk perbaikan diri untuk menuju ketaqwaan kepada Allah SWT, dan setiap Ilmu yang penulis hafal dan pengajian yang diikuti, Insya Allah akan kami uraikan disini. Jika kita berbeda aliran dan pendapat dalam masalah-masalah Agama adalah hal yang wajar dan manusiawi serta menjadi Rakhmat selama tidak saling caci mencaci, sebab jika kita terpecah, bukankah Pihak Ketiga akan bertepuk tangan?. Untuk itu marilah kita sama-sama menimba Ilmu agama, untuk bekal kita nanti di Yaumil Akhir, moga-moga Allah SWT memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita semua untuk selalu berdiri dalam Aqidah Islam ini, dan selalu menyampaikan dakwah dan berjuang selama hayat masih di kandung badan. Amin, Insya Allah.

Mutiara Hikmah

Ketika duduk di samping pusara ayahnya (Abu Bakar As-Siddiq RA), maka A'izah Ummul Mu'minin RA berbisik : "Semoga Allah SWT menyinari wajahmu dan meridhoi akan segala urusanmu, engkau selalu membelakangi dan memandang rendah akan dunia dan engkau lebih jauh memandang mulia akan akhirat dan senantiasa mengelu-elukannya. Kalaulah masih ada musibah yang menimpa diriku setelah wafatnya Rasulullah SAW, maka musibah itu adalah kematianmu".

Umayyah Bin Abu Sofyan pernah berkata : "Adalah Abubakar, dunia tidak pernah menginginkannya dan dia sendiri tidak ingin akan dunia. Adapun Umar, dunia selalu menginginkannya tetapi dia juga tidak ingin akan dunia, dan adapun kita sekalian, selalu berlumuran dengan lumpur dunia dari kepala hingga perut".

Muas Bin Jabal RA, ketika diserang oleh penyakit Thoun Amwas yang mematikan dan ketika menjelang Sakarotil Maut, beliau menghadapkan wajahnya kelangit sembari berkata "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui jika sepanjang hayatku tidaklah aku pergunakan untuk mengumpulkan dunia (harta). Aku berjalan diatas bumiMu tidak lain adalah karea Ilmu dan ketaatan kepadaMu, walaupun ditengah-tengah kepanasan dan walaupun menghadapi berbagai cobaan". Selanjutnya tangan Muas mengejang seolah menantang datangnya Sakarotil Maut, namun disaat itu beliau masih juga berkata "Selamat datang kepada Tamu yang tak kunjung tiba, selamat datang kepada Kekasih yang datang setelah lama kurindukan, selamat datang kematian".

Abdullah Bin Rowahah, saat menerima panji-panji Islam setelah syahidnya Zaid Bin Haritsah, dan Ja'far Bin Abu Tholib, timbul kegetaran dalam dirinya. Namun dia berusaha untuk menenangkan diri sembari berkata "Wahai diri, aku telah bersumpah untuk melangkah ke medan perang, tetapi saya lihat engkau menolak akan Syurga, wahai diri, sekalipun kau tidak tewas didalam pertempuran ini tetapi suatu masa nanti kau pasti akan mati juga ditempat lain", inilah kematian sejati yang sudah lama aku ingin-inginkan, dan aku akan mengikuti jejak Zaid dan Ja'far". Dan hasratnya untuk Syahid dikabulkan Allah dalam hari Mu'tah tersebut.

Sekelumit Mengenai Diriku

Menu

Arsip

Link Kemana-mana

Humor dan Kisah

RSS Feed

Credits

Kamis, Februari 28, 2008

Ahlusunnah Wal Jamaah

Lagu-lagu Qasidah El Surayya

Anda Adalah Pengunjung ke :

Yang Sedang Online Di Blog Ini

Mutiara Hikmah

Hijrah dan Miladiah

WIB

Waktu Sholat (Pekanbaru dan Sekitarnya)

Waktu Sholat (Madina dan Sekitarnya)

Daftar Tamu

Kampung Halaman

Contoh-contoh Busana Muslimah