ﻪﺘ ﺎﮐﺮﺒﻮ ﷲ ﺔﻤﺤﺮﻮ ﻢﻜﻴﻟﻋ ﻢﻼﺴﻟﺍ

Selamat Datang di http://nasutions.blogspot.com/
Blog ini hanyalah bersifat pribadi dan dibuat juga sekedar iseng sambil belajar, jadi sangatlah wajar jika isinya hanya sebatas ilmu penulis yang sangat sedikit. Semua ini hanya mengisi waktu luang disamping kesibukan bekerja dan dorongan kewajiban untuk berda'wah meski hanya satu ayat, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca dan penulisnya, Amin ya Arhamarrohimin.
"Saran serta kritik membangun sangat kami harapkan dari pengunjung".
Hak Cipta Sepenuhnya milik Allah SWT, Wassalam.

Jumat, Maret 28, 2008

Doa Yang di Ijabah (Haulah Binti Tsa'labah)

Suatu ketika Khalifah Umar Bin Khattab sedang berjalan-jalan dengan rombongan di Madinah, diiringi dibelakang oleh banyak pengiringnya, lalu tiba-tiba muncullah seorang perempuan tua dan mencegah romboga untuk berhenti sebentar. Khalifah menghentikan rombongannya dan kemudian beliau duduk bersila mendengarkan perempuan tua ini memberikan beberapa pesan-pesan dan pelajaran. Perempuan tua itu kemudian berkata : "Hai Umar, dimasa kecil dahulu orang memanggilmu si Umar Cilik, Setelah dewasa orang-orang memanggilmu Hai Umar, sekarang orang memanggilmu Amirul Mu'minin, untuk itu hai Umar! Bertaqwalah kepada Allah, sebab barang siapa yang yaqin pasti mati, niscaya takutlah dia akan ancaman Tuhannya kelak di Akhirat".
Setelah selesai perkataannya barulah dibolehkannya Umar Bin Khattab pergi untuk melanjutkan perjalanannya, maka bertanyalah beberapa pengiringnya itu : "Ya Amiril Mu'minin, siapakah gerangan perempuan tua itu sehingga amiril mu'minin mau berhenti begitu lama dan mendengarkan perkataannya?". Lalu Umar menjawab "Demi Allah", seandainyapun aku ditahan dari pagi hingga petang hari, aku tidak akan beranjak sedikitpun kecuali untuk melaksanakan sholat lima waktu, "Tidak tahu kah kalian bahwa wanita itu adalah seorang perempuan yang didengar dan diijabah oleh Allah langsung do'anya, dari atas yang teratas dari langit yang ketujuh, apakah Allah SWT mendengar do'anya sedang Umar tidak?". Perempuan itu adalah "Khaulah binti Tsa'labah" yang diceritakan oleh Allah SWT dalam surah "Al-Mujadalah".
Panjang memang umur Khaulah binti Tsa'labah ini, dia masih hidup kala Abubakar menjadi Khalifah dan beliau juga masih mendapati pemerintahan Umar Bin Khattab. Berkata Imam Ahmad Bin Hambal dalam kedudukan beliau sebagai perawi hadist......berkata Khaulah bahwa suatu hari suamiku (Aus bin Shamit) pulang kerumah dan saya menanyakan sesuatu kepadanya, tetapi beliau marah-marah sehingga keluar ucapannya "Punggungmu sama seperti punggung ibuku".
Kata-kata seperti ini adalah kebiasaan buruk zaman jahiliyah, jika ingin menceraikan istrinya. Kata haulah selanjutnya "Setelah kejadian itu suamiku pergi keluar rumah dan setelah itu dia kembali lagi kerumah kemudian mendekatiku untuk menyentuhku, lalu dia aku tolak dan kataku "Jangan dekat kepadaku! Demi Allah yang Khaulah ada dalam genggaman tanganNya, Engkau tidak boleh mendekatiku sampai datang hukum Allah dan Rasulnya pada kita" dan Akhirnya Khaulah pergi menghadap Rasulullah SAW. Dan duduklah aku dihadapan Rasulullah serta menceritakan segala yang kuhadapi, dan Rasululah bersabda "Anak pamanmu sudah tua, taqwalah kepada Allah dan rukunlah dengan dia". Namun Khaulah belum puas, karena masih ragu akan kedudukannya sebagai istri Aus bin Shamit Lalu Khaulah berkata "Aku belum akan pulang kerumah ya Rasulullah sebelum ada ketentuan Al-Qur'an tentang diriku".
Dalam riwayat lain : selanjutnya Khaulah menadahkan tangannya dan dia berseru kepada Allah SWT : "Tuhanku! Kepada Engkaulah aku keluhkan akan kepapaanku dan kesepianku sendirian, berat rasanya bagiku ya Tuhan untuk berpisah dengan suamiku ayah dari anak-anakku dan orang yang aku kasihi. Engkau tahu bahwa dari dia aku mendapatkan anak-anak yang masih kecil, turunkanlah kiranya ke lidah nabiMu ini suatu sabda yang melepaskan daku dari kesulitan ini.
Lalu turunlah Ayat Al-Qur'an Surah Al-Mujadalah ayat 1-4.
Kesimpulan kepada sekalian kaum muslimin dan muslimat, jangan sekali-kali berputus asa akan rahmat Allah SWT, dan jangan tanggung-tanggung jika meminta kepada Allah SWT, tetapi mintalah "Robbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhiroti hasanah, waqina azabannar" Ya Tuhan kami berilah kepada kami kiranya kebahagian diatas dunia dan kebahagiaan di Akhirat kelak dan jauhkanlah kami dari siksa Neraka. Do'a ini disebut sebagai do'a Sapu jagad, segeralah kita sekalian bertaubat dan kembali kepada jalan Allah SWT.
Wallohu 'a'lam..

Kamis, Maret 27, 2008

Maulidil Rosul (Lanjutan)


Sesampainya Nur Muhammad itu pada nabi Ibrahim, selanjutnya turunlah Nur itu kepada Nabi Isma'il AS (yang tinggal di Makkah, sedang saudaranya Ishak AS menurunkan Nabi-nabi bani Israil hingga ke Nabi Isa AS), kemudian ke Adnan, Mu'ad, Nizar, Mudar, Ilyas, Mudrika, Khuzaima, Kinanah, Al-Nadr (Al-Quraysh), Malik, Fihri, Gholib, Luay, Kaab, Murrah, Kilab (Bertemu Silsilah Nabi dengan Ibunya Aminah), Qusai, Abdul Manaf, Hasyim, Abdul Mutholib, Abdullah (bapak Nabi kita Muhammad SAW).

Kota Makkah Sebelum Islam (Jaman Jahiliyah)


Kota Makkah terletak disemenanjung Arab, yang sekarang ini berwatas kepada :

- Disebelah Utara dengan Negara Iraq, Jordania dan Palestina
- Diselah Selatan dengan Negara Yaman dan Oman
- Sebelah Timur dengan Teluk Parsi
- Sebelah Barat dengan Laut Merah

Kota Makkah selalu ramai dengan kehadiran pedagang-pedagang Arab waktu itu sebab Makkah merupakan jalur Lintasan perdagangan dari Negeri Yaman ke Syam (Sirya, Jordan dan Palestina sekarang). Disamping itu Kota Makkah ramai dikunjungi karena Ka'bah adalah tempat orang beribadah waktu itu dan sudah dipakai untuk tawaf, baik oleh penduduk Makkah ataupun penduduk luar Makkah. Adapun cara beribadat penduduk Makkah pada mulanya adalah mengikuti syariat yang dibawa oleh Nabi Allah Ibrahim AS, yang diteruskan oleh anaknya Ismail AS yang melahirkan suku Jurhum sebagai penduduk kota Makkah.
Namun perlahan-lahan setelah Nabi Ismail AS, syariat agama Tauhid tersebut banyak dinodai oleh pemikiran-pemikiran yang pada akhirnya menyimpang dari ajaran Tauhid. Sehingga Ka'bah akhirya dipenuhi oleh patung-patung sembahan, dimana yang tertinggi adalah patung Latta dan Uzza.
Dari menyembah Allah SWT, penduduk Makkah akhirnya banyak yang menyembah patung yang mana mereka berpendapat, bahwa untuk menyembah Allah tidaklah bisa secara langsung tetapi lewat perantaan patung-patung yang dibuat oleh mereka sendiri dari bahan kayu, tanah, loyang dan sebagainya.
Disamping itu ada juga agama Jahudi dan Nashroni yang dibawa oleh penduduk Palestina ke Tanah Arab pada waktu itu. Sebagaimana kita ketahui bahwa agama Jahudi dahuluya adalah bersumber kepada kitab Taurat dan Agama Nashrani bersumber kepada kitab Injil, namun sebagaimana yang kita dapati belakangan ini Agama Tauhid yang dua inipun sudah jauh melenceng dari Agama Tauhid yang dibawa oleh Nabi Allah Musa AS dan Nabi Isa AS. Agama Jahudi mempertuhankan Nabi Uzair dan Agama Nashrani mempertuhankan nabi Isa AS. Orang-orang Jahudi dan Nashroni waktu itu sering memberikan kabar gembira kepada penduduk Tanah Arab akan kedatangan Nabi yang terakhir yang bernama Ahmad sebagaimana tertulis di dalam Kitab Injil.
Zaman itu disebut dengan zaman Jahiliyah atau lebih populernya dalam bahasa kita adalah Jaman Kebodohan, sebab waktu itu tidaklah ada pemimpin sebagaimana yang kita temui sekarang ini, dan yang ada hanyalah kekuasaan. Siapa yang kuat dia yang berkuasa, harga nyawa sudah tidak ada artinya, minuman keras (arak) jadi santapan sehari-hari, membunuh dan berzina adalah bagian dari kehidupan. Sampai-sampai kehadiran seorang anak perempuan didalam keluarga adalah aib dan harus langsung dikubur hidup-hidup atau jika tidak akan membawa malu bagi keluarga.
Manusia diperdagangkan tidak ubahnya seperti hewan, budak bertebaran dimana-mana, yang selalu diperintah oleh tuannya menurut hawa nafsu belaka. Wallohu A'lam (bersambung).

Selasa, Maret 25, 2008

Maulidil Rosul


Adalah pangkat daripada Rasulullah SAW paling tertinggi daripada sekalian makhluk di seluruh alam ini dan cahaya / nurnya lebih terang daripada sekalian cahaya, kasih sayang serta budi pekertinya tidaklah ada yang melebihi beliau, namun karena hasad dan dengkilah orang Yahudi dan Nashroni membenci beliau dan mengatakan jika Agama Islam ini dikembangkan oleh senjata, dan hal ini tidak lain dan tidak bukan karena iri semata, kenapa Rasulullah SAW dilahirkan dari bangsa Arab? Bukankah nabi-nabi sebelum beliau selalu dilahirkan di Jerussalem? Dan bagi kita yang tidak tahu sejarah kadang sering ikut-ikutan dan menanggapi Jahudi dan Nashroni ini dan sering juga kita tidak punya dasar untuk membantah mereka. Mumpung masih di bulan Maulid (Rabiul Awal ini) tidak ada salahnya jika sedikit kita meninjau kesejarah dan masa-masa perjuangan Rasulullah SAW, Agama Islam adalah agama yang Rohmatallil Alamin tidak ada teroris, tidak ada extrimis dan lain sebagainya sebagaimana yang dituduh oleh Orang Barat sekarang ini. Sekadar beberapa kejadian dalam perjuangan beliau yang membuktikan Islam ini bukan agama yang disebarkan oleh pedang, diantaranya :

1. Ketika Futhul Makkah (penaklukan kota Makkah), tatkala semua penduduk Makkah yang sudah ketakutan akan di tindak oleh Rasulullah SAW, namun yang mulia ini berdiri diatas mimbar dan berpidato, seperti ini :
- Siapa-siapa yang tinggal dirumahnya Aman
- Siapa-siapa yang masuk ke Masjidil Harom, Aman
- Siapa-siapa yang masuk ke Rumah Abu Sofyan, aman
Dan nyatalah, tidak ada pertumpahan darah dan sampai-sampai Hindun binti Utbah yang sangat benci dengan Rasulullah SAW dan pernah makan jantung Hamzah mentah-mentah dalam perang Uhud, tidak bisa menahan haru dan melihat cahaya dan kebenaran Islam hingga beliau memilih untuk memeluk agama Islam. Ketika kawan-kawannya melihat Hindun masuk Islam, segera mereka datang kepadanya dan bertanya kenapa dia masuk Islam, maka Hindun menjawab : Sesekali saya tidak pernah masuk Islam, tetapi Agama Islam itulah yang masuk kedalam diri saya.

2. Ketika Rasulullah sedang duduk-duduk dibawah pohon korma dalam sebuah peperangan untuk beristirahat, datanglah Da’tsur dari belakang dan meletakkan Pedangnya tepat dileher nabi SAW, dan berkata : “Sekarang siapa yang akan menolongmu ya Muhammad?”, spontan Rasul yang mulia ini menjawab “Allah”. Mendengar nama Allah ini, badan Da’tsur gemetar dan pedangnya jatuh ke tanah, kemudian pedangnya diambil oleh Rasulullah dan berganti meletakkannya dileher Da’tsur dan bertanya : “Sekarang siapa yang akan menolongmu?. Tidaklah ada yang bisa menolong saya ya Muhammad, kecuali jika engkau berbaik hati kepada saya jawab Da’tsur dan kemudian Rasulullah kembali memberikan pedangnya dan menyuruh Da’tsur untuk pergi. Namun hati Da’tsur sudah terpikat dengan Islam dan kemudian mengajak seluruh keluarganya untuk memeluk Islam.

3. Ketika beliau terlepas dari kepungan musuh waktu beliau mau berhijrah ke Madinah dan dengan ditemani oleh Abu Bakar As-siddiq dan sempat juga mereka bermalam digua Tsur. Didalam perjalanan menuju Madinah beliau berdua ini dikejar oleh Suroqoh dari belakang karena dijanjikan oleh Abu Lahab dan Abu Sofyan 100 ekor unta jika berhasil membunuh Nabi Muhammad. Dan ketika sudah bertemu, suroqoh mengayunkan pedangnya kearah leher Rasulullah SAW, dan dengan pertolongan Allah kudanya terbenam kedalam tanah dan minta tolong kepada Rosulullah, dan beliau menolongnya. Kejadian ini berulang sampai tiga kali dan yang terakhir bumi kembali menelan Suroqoh dan kudanya hingga lehernya, dan tetap juga dibantu oleh Rasulullah. Akhirnya didepan Rasulullah SAW beliau ini masuk Islam dan kembali ke Makkah dan sesampainya di Makkah ditanya oleh pemuka Qurois akan hal Muhammad. Dan Suroqoh berkata “Siapa-siapa yang ingin membunuh Muhammad, harus berhadapan dengan saya terlebih dahulu”, hadirin terdiam dan heran.

4. Tatkala Islam sudah tidak diterima orang lagi di Makkah, beliau bersama seorang Sahabat menuju Tho’if untuk berda’wah maka yang diperolehnya bukanlah pengikut dan pembela, tetapi cacian serta makian dari penduduk Tho’if sehingga Rasulullah SAW dilempari dengan batu. Dalam keadaan berdarah-darah, beliau masuk ke kebun Kurma yang ditunggui oleh seorang Nashroni untuk meminta minum. Dan saat mau minum inilah beliau mengucapkan “Bismillah”, dan ditanya oleh Nashroni tadi kalimat apa yang diucapkan dan beliau menerangkan dan ketika itu juga Nashroni ini masuk Islam. Tidak lama setelah itu Jibril dating dan berkata “Ya Muhammad, engkau ini adalah dijalan yang benar, dan tidak meminta upah sedikitpun dari mereka, tetapi yang kamu terima adalah hinaan dan siksaan seperti ini, Ijinkanlah saya angkat dan saya jungkir balikkah kampong Tho’if itu atau gunung saya timpakan kepada mereka. Rasulullah SAW berkata : Jangan ya Jibril, saya memang tidak mengharapkan dari mereka lagi tetapi anak dan keturunannya tetap saya harapkan kelak dan beliau kemudian berdo’a yang terkenal “Allohummahdi Qoumi, Faiinahum La Ya’lamun” Beri hidayahlah ya Allah akan kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. Kemudian jibril berkata : “Pantaslah engkau ya Muhammad terlebih mulia daripada seisi alam ini”.

Bermula daripada kejadian Muhammad itu adalah dari Nur disebuah tanah / tempat di Madinah yang diperintahkan Allah SWT untuk diambil malaikat Jibril dan Allah SWT berfirman bahwa disinilah Nur Muhammah diambil dan disitu jugalah nanti wafatnya. Dari sinilah kemudian diangkat oleh Malaikat Jibril ke syurga dan seketika bertambahlah Cahaya / Nur Muhammad itu melebihi terangnya Syurga, kemudian dibawa kembali ke bumi dan melintasi lautan untuk kemudian diangkat kembali kehadirat Allah SWT dan meneteslah keringat Nur itu untuk selanjutnya setiap tetes Nur itu nanti akan diberikan kepada Nabi / Rasul yang lain. Dan 2000 tahun sesudahnya barulah Allah SWT menciptakan Nabi Adam dari tanah hitam yang ditiupkan Ruh serta Nur Muhammad itu oleh Jibril AS (hingga Jibril ini disebut sebagai Malaikat Ruh). Dan sampai saat ini tetap menjadi misteri ditanah mana diambil dan ditanah mana nabi Adam dikuburkan.

Dan berfirman Allah SWT kepada Nabi Adam AS untuk memelihara Nur Muhammad itu dan jangan sampai masuk kepada yang bukan tempatnya, dan untuk selanjutnya turunlah Nur Muhammad itu kepada Nabi-nabi dan rasul sesudah Nabi Adam AS, Idris, Nuh, dan seterusnya hingga kepada Nabi Ibrahim AS.

Wallohu A’lam, bersambung…….

Senin, Maret 17, 2008

Adil Tidak Mesti Dibagi Dua

Di zaman Nabi Allah Sulaiman AS, ada dua orang ibu yang sedang bertengkar memperebutkan anak yang masih kecil dan keduanya bersikeras bahwa anak itu adalah anak mereka. Akhirnya diambil kesepakatan untuk mengadukan masalah ini kepada Nabi Allah Sulaiman AS untuk menjadikan beliau hakim diantara perselisihan itu. Sesampai di tempat Nabi Sulaiman AS, kedua ibu tersebut tetap bersikukuh mengatakan bahwa anak itu adalah anak mereka dan tidak ada seorangpun yang mau mengalah. Akhirnya Nabi Allah Sulaiman AS mencabut pedangnya dan mengatakan untuk lebih adil, anak itu dibelah saja dibagi dua. Ibu yang seorang langsung bergembira dan mengiyakan usul nabi Sulaiman AS karena menurutnya itulah jalan yang paling adil. Tetapi ibu yang seorang lagi tidak menyetujui dan mengatakan jika anak tersebut harus dibelah dua lebih baik diserahkan saja kepada ibu yang pertama saja. Akhirnya nabi Allah Sulaiman memberikan anak itu kepada ibu yang kedua, dengan alasan inilah yang berhak atas anak itu sebab "ibu yang mana yang tega melihat anaknya dibelah dua?".

Minggu, Maret 16, 2008

Sumber Hukum

Sumber hukum Dalam Islam ada 3 (tiga) yaitu :

  1. Hukum Akal / Adat sering disebut juga dengan Dalil Aqal Yaitu Timbul dari kebiasaan dalam kehidupan yang kita lalui (misalnya api untuk membakar, air untuk membasahi dan sebagainya).
  2. Hukum Syara'. Adalah hukum yang datang atau yang ditetapkan oleh Allah SWT dan dibebankan kepada ummat manusia yang telah mukallaf.
  3. Hukum Adat. Hukum atau peraturan yang dibuat oleh manusia

Ilmu Tauhid bersumber dari akal dan fikiran manusia, dan didalam Ilmu Tauhid, Hukum Akal ini terbagi pula kepada tiga (tiga) bagian :

  1. Wajib. Yang disebut dengan wajib dalam Ilmu Tauhid adalah Sesuatu yang diterima oleh akal.
  2. Mustakhil. Jika akal tidak menerima, misalnya jika bertemu dua sifat yang berlawanan dalam satu benda.
  3. Harus. Adalah jika akal menerima akan ada ataupun tiadanya.

Contoh : Jika kita sedang berkumpul dan ada seorang tamu (Tamu-1) datang dan berkata : "Tadi saya lewat pasar dan disana banyak sekali saya jumpai yang belanja", maka keterangan yang diberikan oleh tamu tadi disebut dengan Wajib (sebab namanya dipasar pastilah orang ramai). Kemudian datang lagi seorang tamu (Tamu-2) dan berkata "Tadi saya lewat pasar, saya lihat sepi". maka keterangan yang dibawanya disebut Mustakhil (sebab yang namanya pasar pasti ramai bukan sepi, kecuali ada sebab tertentu). Selanjutnya ada seorang lagi (Tamu-3) dan berkata "Saya lihat tadi dipasar banyak orang yang jualan ikan". Namun datanglagi tamu yang ke 4 dan berkata "Yang jualan ikan dipasar hanya beberapa orang saja". Keterangan dari Tamu yang ke-3 dan ke-4 tadi disebut Harus (Mungkin) sebab kedua-duanya diterima oleh akal akan hal yang mereka sampaikan.

Kamis, Maret 13, 2008

Rindu Kepada Kubur


Suatu kali, ketika guru saya menerangkan akan hal Siksa dan Ni'mat kubur dengan panjang lebar, sekonyong-konyong beliau berkata, "Bagaimana?" Apakah kalian belum rindu juga akan kubur?. Saya tersentak kaget dan berfikir dalam-dalam akan apa yang barusan diucapkan oleh beliau.

Semua orang yang penulis temui dan setiap orang yang saya tanya, belumlah ada yang mengatakan rindu dengan kubur, dan kalaupun ada hanyalah orang yang bosan hidup dengan berfikir bahwa jika dia mati semua persoalan hidup akan selesai.

Sampai dengan detik ini, perkataan guru saya masih sering terngiang ditelinga, apakah bisa kita rindu akan kubur?. Bukankah kematian itu adalah hal yang paling ditakuti oleh siapapun makhluk hidup didunia? Bukankah di dalam kubur kita sendirian dengan jangka waktu yang tidak ada ketentuannya?

Setelah semua yang mendengarkan terdiam, barulah guru saya melanjutkan. Bahwasanya jika seseorang sudah benar-benar beriman dan beramal sholeh, tentu saja dia akan merindukan Tuhannya, Tuhan yang dia sembah setiap waktu. Tuhan tempatnya untuk berkeluh kesah mengadukan semua persoalannya baik yg enak ataupun tidak enak. Sebab kepada siapalagi kerinduan yang paling tinggi kalau bukan kepada Allah? Yang menciptakan kita, yang memberikan kita rezki, yang sangat menyanyangi kita bahkan lebih sayang daripada seorang ibu kepada anaknya?.

Maka jalan satu-satunya jika kita ingin berjumpa dengan Allah, Tuhan Semesta Alam adalah ketika kita sudah meninggalkan dunia ini alias sudah dimasukkan kedalam kubur. Bagaimana? Masih belum rindu juga? kembali guru saya berkata kepada semua hadirin. Saya masih juga terdiam seribu basa, hingga akhirnya guru saya kembali melanjutkan. "Jika masih juga kalian takut akan kubur yang sudah pasti akan kalian temui, maka dahulukanlah hartamu kesana, yakni dengan jalan menginfaqkannya". "Suruh hartamu menunggu dan menyambutmu kelak, jangan tinggalkan hartamu didunia ini yang akan diperebutkan oleh banyak orang (anak dan saudara) yang belum tentu akan memberikan manfaat kepadamu".

Mungkin anda akan bertanya bukankah memberikan atau meninggalkan harta untuk anak dan keluarga kita juga ibadah? Betul. Tetapi lebih jauh dari itu kamupun jangan melupakan dirimu, dalam arti jangan jadi orang yang bakhil, jangan harta yang bertumpuk dimakan sendiri. Tetapi sebagiannya berikanlah dijalan Allah, lewat shodaqoh, infaq dan yang semacamnya. Sebab hartamu itu nanti akan menyambutmu dipintu kubur, tempat dimana kamu sangat takut akan dia.

Sebuah hadist dari Rasullah SAW, yang artinya kira-kita demikian. "Kelak akan datang dibelakang hari orang-orang yang memikul hartanya kian-kemari untuk menginfaqkannya, tetapi tidak ada satu orangpun yang menerima dan orang-orang yang dia temui malah berkata : "Seandainya kemarin kamu datang kepada kami, pasti kami akan menerima, tetapi sekarang dirumah kami juga sudah banyak".


Wallohu A'lam.

Sabtu, Maret 01, 2008

Timbulnya Golongan Ahlusunnah

Ahlusunnah Wal-Jamaah timbul pada Abad ke III Hijrah, dimana waktu itu di tanah Arab banyak sekali ajaran-ajaran Tauhid yang sebagiannya sudah menyimpang daripada ajaran Islam, sampai-sampai ada yang berpendapat Tuhan adalah Makhluk, Semua perbuatan manusia ditentukan oleh manusia sendiri, berlebih-lebihan dalam mencintai sahabat dan sebagainya. Maka Ahlusunnah Wal Jamaah berusaha untuk kembali meluruskan semuanya dengan berpatokan kepada Al-Qur'an dan Hadist. Faham Ahlusunnah Wal Jamaah dipelopori oleh Imam Abu Hasan Al-Asy'ari yang mempunyai nama lengkap Abu Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar Ishak bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin MUsa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-Asy'ari (yang terakhir adalah seorang sahabat dalam zaman Rasulullah SAW) untuk selanjutnya diteruskan oleh Murid beliau yang bernama Imam Mansyur Al-Maturidi.
Beliau lahir di Basrah (Iraq) tahun 260 H, atau 55 tahun setelah meninggalnya Imam Fiqh (Syafi'i RA), Bapak tiri beliau adalah seorang ulama dalam faham Mu'tazilah, dan beliau keluar dari faham Mu'tazilah dan mendirikan faham Ahlusunnah Wal Jamaah dan faham-faham ini sampai kepada kita zaman sekarang ini (khususnya Indonesia) banyak menganut faham Ahlusunnah Wal Jamaah dalam hal Tauhid dan juga mayoritas pemeluk Islam diseluruh dunia.
Suatu ketika beliau naik keatas mimbar dan berpidato : "Saya adalah Abu Hasan Al-Asy'ari dan selama ini saya mengikut faham Mu'tazilah dan saya keluar dari faham ini" sebagaimana saya membuang baju ini", sembari beliau membuka bajunya serta melemparkannya.
Sejak saat ini beliau berjuang dengan lisan maupun tulisan, berdebat dan bertanding untuk kembali kepada Tauhid Islam sehingga nama beliau masyhur sebagai Imam Tauhid. Beliau mengarang kitab Ushuluddin lebih dari 200 kitab dan diantara kitab-kitabnya yang terbesar adalah :
  • Al-Mujaz
  • Al-Ibanah fi Ushuluddiyanah
  • Maqolatul Islamiyin

Disamping beliau, maka muridnya Imam Mansyur Al-Maturidi juga mempunyai andil besar dalam menyebarkan faham Ahlusunnah Wal Jamaah, dan pada abad-abad berikutnya muncul pula ulama-ulama yang menyebar luaskan faham ini, diantaranya :

  • Imam Abu Bakar Al-Qaffal
  • Imam Abu Ishak
  • Imam Al-Baqilani
  • Imam Al-Hafiz Al-Baihaqi
  • Imam Al-Haramain
  • Imam Al-Qhosim
  • Imam Al-Ghozali
  • Imam Fahruddin
  • Imam Izzuddin bin Abdus Salam dan seterusnya.

Dasar untuk menentukan Hukum Dalam Bidang Tauhid (Ushuluddin) sesuai yang diajarkan oleh Imam Al-Asy'ari adalah 4, yaitu :

  1. Al-Qur'an
  2. Hadis
  3. Ijma'
  4. Qiyas

Selanjutnya dalam blog ini apa yang kami sampaikan adalah sesuai dengan apa-apa yang kami dapat di pengajian dan ketika duduk di bangku madrsyah dahulu yaitu Tauhid dengan berpatokan kepada Ahlusunnah Wal Jamaah. (Wallohu A'lam, bersambung)